Selasa, 22 Januari 2019

Tentang Fuatuttaqwiyah El-adiba

                                                   Restu, buku solo kedua (koleksi fuatuttaqwiyah)


Bicara tentang diri sendiri itu membuatku membuka semua lembaran hidup masa lalu. Bila ada yang bertanya siapa aku? Jawab singkatnya ya manusia. Sampai ajal menjemput ya dikenal sebagai manusia di bumi. Namun, seiring berjalannya waktu tentu aku ingin dikenal sebagai manusia yang bermanfaat. Kehadiranku adalah anugerah bagi semesta dan lingkungan di sekitar.

Aku anak nomor dua. Saudaraku banyak. Aku dibesarkan di lingkungan keluarga besar. Baik dari keluarga bapak atau ibu. Kalau sudah berkumpul, keluarga besarku sangat ramai. Bahkan rumah nenek yang besar pun tidak mampu menampung semua tamu. Apalagi mereka rata-rata mempunyai mobil pribadi.

Aku pernah kuliah. Alhamdulillah sampai selesai. Gelarku Sarjana Theologi Islam disingkat S.Th.I. Kapan-kapan aku cerita tentang gelarku. Kali ini aku mau cerita tentang diri sendiri. Bukan orang lain. Aku seorang pekerja keras. Apa pun yang terjadi aku berusaha agar target, tujuan, dan impian tercapai. Maka, tak heran karya tulisku lumayan banyak.

Selain pekerja keras aku juga perfeksinois. Detail sesuatu kuperhatikan. Aku tidak mau terulang kembali atau mengulang dari awal. Maka, prosedur selalu menjadi perhatian utama. Itu juga yang membuatku selalu teliti terhadap sesuatu.

Profesi Guru
Aku menjadi guru tanpa sengaja. Istilahku terjebak. Namun, saat ini aku justru bersyukur. Menjadi guru memang tidak membuatku menjadi orang kaya harta, tetapi kaya hati. Bukankah itu jauh lebih berharga. Akhlak menjadi tujuan pembelajaran. Tak terasa sudah 14 tahun kujalani. Kalau jadi buku entah sudah berapa buku? Sementara baru satu buku solo, Restu yang menceritakan kisahku di Aceh. Ada beberapa antologi juga yang membahas cerita selama menjadi guru. Sebut saja Jangan Pernah Berhenti Mengajar 1 dan 2, Reminisensi Guru (sedang proses terbit), Tembang Cinta untuk Guru (sedang proses terbit).


isi dari Restu (koleksi fuatuttaqwiyah)

Menulis
Hobi lama yang kugeluti lagi setelah beberapa tahun vakum. Dari awal pun aku mengenalkan diri sebagai guru yang bisa menulis. Alasannya sederhana, biar bisa ikut lomba guru. Dulu, awal ikut lomba menulis untuk guru, pesertanya masih sedikit. Jarang guru bisa menulis. Kalau sekarang sudah banyak. Soalnya memberku yang guru, rata-rata sudah punya antologi. Namun, ikut lomba menulis guru sudah menjadi hobi. Jadi, sebisa mungkin ikut lomba menulis untuk guru.
Itu dulu untuk episode kali ini. Bersambung besok. Mau nulis buat event lomba dulu.

#ODOP#EstrilookCommunity #Day22
#nubarSumatera
#ChallengeMenulis
#day7



0 komentar:

Posting Komentar