Rumah adalah
tempat berpulang dari lelahnya kehidupan (Fuatuttaqwiyah El-adiba)
Mempunyai rumah sendiri
adalah dambaan setiap keluarga baru. Itu juga yang menjadi impian keluarga
kecilku. Aku dan suami sudah sepakat untuk membangun rumah impian yang berbeda
dari yang lain. Rumah sederhana yang dikelilingi oleh kebun yang luas.
Rumah yang nyaman
dan adem untuk ditinggali tanpa harus menggunakan pendingin ruangan dan kipas angin.
Semua serba alami. Embusan angin dan udara segar menjadi santapan setiap pagi.
Begitu juga sang surya yang menyapa dengan senyuman cerah.
Rumah Roboh
“Dik, rumahku sudah
kurobohkan,” kata suami waktu awal jumpa. Pria sederhana itu memang sudah jujur
sejak awal. Mulai dari keluarga, rumah, dan penghasilannya. Tidak ada yang
ditutupi. Semua apa adanya. Mungkin itu yang menjadikanku percaya bahwa
bersamanya aku dapat mewujudkan impianku.
Impian pertama
jelas memperbaiki rumah yang akan kutinggali bersama suami. Ternyata, suami
memberikan kejutan. Rumahnya sudah ada dan tidak roboh. Rumah itu berdiri
kokoh. Walau belum rapi, tetapi sudah layak huni. Hanya tinggal pintu, jendela,
dan kamar mandi.
Rumah pertama
yang kutempati setelah menikah. Lantai rumah masih semen hingga sekarang. Aku
belum sempat menggantinya dengan keramik. Keuangan keluarga belum bisa
mencukupinya. Fokusku adalah kamar mandi biar kalau mandi tidak kehujanan dan
numpang ke adik ipar.
Rumah sempat
kutinggalkan karena pekerjaan di luar kota. Praktis pembangunan rumah pun
tertunda. Kubiarkan rumah apa adanya. Nanti, pas pulang, rumah kuperbaiki.
Pulang Kampung
Aku memutuskan
resign dari pekerjaan lama. Aku mengikuti suami yang memilih pulang setelah di
kota belum menemukan pekerjaan. Bukan suami yang pemilih, tetapi berulangkali
mencoba, belum menemukan pekerjaan juga.
Sempat terlintas
untuk membuka usaha kuliner. Namun, rumah kontrakan yang kutempati sangat tidak
layak untuk dijadikan tempat usaha. Rumah berukuran 5 x 3 m dengan air yang
mengalir tidak lancar. Kelebihan rumah itu karena lokasinya dekat dengan tempat
kerja, uang sewanya murah, dan bisa dibayar bulanan.
Ketika pulang,
yang kulakukan pertama adalah meneruskan pembangunan rumah yang sempat
terbengkalai. Perlahan, suami mulai membuat kamar mandi. Semua dilakukan
sendiri. Keterbatasan dana membuat kami tidak punya pilihan. Akhirnya rumahku
pun sudah lengkap. Ada kamar mandi, dapur, pintu, dan jendela.
Untuk pintu dan
jendela, aku beli pada keponakan yang kebetulan tukang kayu. Biayanya pun lebih
murah dari harga pasar. Tak lupa suami membuatkanku meja kerja untuk menulis
dilengkapi dengan rak untuk menyimpan bukuku.
Rumah Layak Huni
Ketika proses
rumah sudah jadi, kakakku datang. Aku bersyukur, ketika kakak datang, kamar
mandi dan dapur sudah jadi. Kakak pun senang dengan pencapaian keluarga
kecilku. Bangunan rumahku khas rumah desa. Ada kamar tamu, kamar tengah, dan
kamar tidur.
Dibandingkan
rumah kontrakan yang serba terbatas dan sempit, aku bersyukur punya rumah yang
besar. Kamarku juga luas. Aku bisa melakukan banyak hal di kamar. Sebagian buku
kuletakkan di kamar agar bisa membaca setiap saat.
Pindah ke Kota
Pekerjaan
akhirnya membuatku kembali ke kota. Padahal aku sudah merasa nyaman tinggal di
desa. Mendengar suara burung, menghirup udara pagi yang bersih, embusan angin dari
sawah, dan banyak hal lainnya.
Di kota kehidupan
baru kumulai. Wacana mempunyai rumah di kota pun bergulir. Tidak mungkin aku
mengontrak terus. Apalagi biaya sewa rumah dengan biaya cicilan rumah tidak
jauh beda. Usaha mencari rumah murah pun kulakukan. Tentu dengan suami.
Aku mencari rumah
yang dekat kantor untuk sementara waktu. Tujuannya meghemat waktu ke kantor dan
hemat biaya transportasi. Sedangkan untuk rumah, ada banyak wacana yang
bergulir. Salah satunya kredit rumah dengan biaya murah.
Aplikasi Sikasep
Ketika menjelajah
di internet, menemukan Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan (SIKASEP). Aplikasi
sangat mudah digunakan. Cukup unduh dari playstore. Setelah terinstal, tinggal
mendaftar. Panduan lengkapnya bisa dibaca di file:///D:/Aneka%20bahan%20tulisan/pupr%20lomba/Panduan-Penggunaan-SiKasep-update-Juli.pdf
Sikasep bisa
untuk memilih rumah idaman anda. Setelah data aplikasi terisi, tinggal memilih
lokasi rumah impian yang bisa mendeteksi lokasi rumah hingga tingkat kecamatan.
Aplikasi ini menawarkan perumahan subsidi terdekat pada wilayah rumah idaman
yang telah dipilih sebelumnya.
Saatnya Memilih
Rumah Idaman
Sikasep juga akan
membantu memilihkan lokasi lainnya, bila di lokasi yang dipilih sebelumya tidak
ada rumah yang disubsidi. Selain itu, aplikasi ini dilengkapi dengan pilihan
bank, status pengajuan KPR, dan menu lain-lain. Di menu ini ada pilihan galeri
rumah sejahtera Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Peruamahan (FLPP), syarat dan
ketentuan aplikasi, dan kalkulator KPR FLPP. Lengkap banget bukan.
Kalkulator KPR
FLPP
Di aplikasi ini
bisa menghitung secara manual harga rumah, cicilan, uang muka, dan sebagainya.
Sangat mudah bukan? Saat ini ada lebih dari 40 bank yang melayani KPR FLPP,
terdiri dari bank konvensional, bank swasta, dan bank pembangunan daerah yang
tersebar dari Aceh hingga Papua.
Pemerintah
melalui Kementrian PUPR telah membuat program kepemilikan rumah dengan program
Sikasep yang baru diresmikan 19 Desember 2020. Penyaluran KPR FLPP ini pun
sejauh ini berjalan lancar. Bahkan di masa pandemi pun tetap dilayani dengan
melalui daring.
Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR)
KPR FLPP memang
menyasar kepada masyarakat berpengasilan rendah (MBR) agar mereka dapat memiliki
rumah dengan harga murah. Bahkan ada yang cicilan bulannya hanya 750 ribu
rupiah. Jumlah ini sama dengan ongos sewa rumah sebulan. Program ini sudah
bergulir lama.
KPR FLPP ini
bunganya hanya 5%, bebas premi asuransi dan PPN. Jangka waktunya pun panjang,
yakni 20 tahun. Harapannya akan semakin banyak masyarakat yang memiliki rumah
terutama MBR. Sebagaimana amanat UUD 1945 pasal 28H ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat.
Rumah Impianku
Saat ini aku dan suami memang sudah
menentukan lokasi untuk tempat tinggal yang baru. Persis seperti keinginanku,
rumah mungil di desa dengan air yang mengalir jernih dan pekarangan luas.
Rencanaku memang ingin membuat usaha perkebunan di sekitar rumah dan sekolah
bebas biaya.
Oleh karena itu, saat ini, kami
masih menabung perlahan agar impian itu menjadi kenyataan. Proses masih panjang. semoga kami dimudahkan. Amin.
Surabaya, 12 Agustus 2020.
Sumber foto
Romadecade.com