Rabu, 12 Agustus 2020

Rumah Impian

 


Rumah adalah tempat berpulang dari lelahnya kehidupan (Fuatuttaqwiyah El-adiba)

Mempunyai rumah sendiri adalah dambaan setiap keluarga baru. Itu juga yang menjadi impian keluarga kecilku. Aku dan suami sudah sepakat untuk membangun rumah impian yang berbeda dari yang lain. Rumah sederhana yang dikelilingi oleh kebun yang luas.

Rumah yang nyaman dan adem untuk ditinggali tanpa harus menggunakan pendingin ruangan dan kipas angin. Semua serba alami. Embusan angin dan udara segar menjadi santapan setiap pagi. Begitu juga sang surya yang menyapa dengan senyuman cerah.

Rumah Roboh

“Dik, rumahku sudah kurobohkan,” kata suami waktu awal jumpa. Pria sederhana itu memang sudah jujur sejak awal. Mulai dari keluarga, rumah, dan penghasilannya. Tidak ada yang ditutupi. Semua apa adanya. Mungkin itu yang menjadikanku percaya bahwa bersamanya aku dapat mewujudkan impianku.

Impian pertama jelas memperbaiki rumah yang akan kutinggali bersama suami. Ternyata, suami memberikan kejutan. Rumahnya sudah ada dan tidak roboh. Rumah itu berdiri kokoh. Walau belum rapi, tetapi sudah layak huni. Hanya tinggal pintu, jendela, dan kamar mandi.

Rumah pertama yang kutempati setelah menikah. Lantai rumah masih semen hingga sekarang. Aku belum sempat menggantinya dengan keramik. Keuangan keluarga belum bisa mencukupinya. Fokusku adalah kamar mandi biar kalau mandi tidak kehujanan dan numpang ke adik ipar.

Rumah sempat kutinggalkan karena pekerjaan di luar kota. Praktis pembangunan rumah pun tertunda. Kubiarkan rumah apa adanya. Nanti, pas pulang, rumah kuperbaiki.

Pulang Kampung

Aku memutuskan resign dari pekerjaan lama. Aku mengikuti suami yang memilih pulang setelah di kota belum menemukan pekerjaan. Bukan suami yang pemilih, tetapi berulangkali mencoba, belum menemukan pekerjaan juga.

Sempat terlintas untuk membuka usaha kuliner. Namun, rumah kontrakan yang kutempati sangat tidak layak untuk dijadikan tempat usaha. Rumah berukuran 5 x 3 m dengan air yang mengalir tidak lancar. Kelebihan rumah itu karena lokasinya dekat dengan tempat kerja, uang sewanya murah, dan bisa dibayar bulanan.

Ketika pulang, yang kulakukan pertama adalah meneruskan pembangunan rumah yang sempat terbengkalai. Perlahan, suami mulai membuat kamar mandi. Semua dilakukan sendiri. Keterbatasan dana membuat kami tidak punya pilihan. Akhirnya rumahku pun sudah lengkap. Ada kamar mandi, dapur, pintu, dan jendela.

Untuk pintu dan jendela, aku beli pada keponakan yang kebetulan tukang kayu. Biayanya pun lebih murah dari harga pasar. Tak lupa suami membuatkanku meja kerja untuk menulis dilengkapi dengan rak untuk menyimpan bukuku.


Rumah Layak Huni

Ketika proses rumah sudah jadi, kakakku datang. Aku bersyukur, ketika kakak datang, kamar mandi dan dapur sudah jadi. Kakak pun senang dengan pencapaian keluarga kecilku. Bangunan rumahku khas rumah desa. Ada kamar tamu, kamar tengah, dan kamar tidur.

Dibandingkan rumah kontrakan yang serba terbatas dan sempit, aku bersyukur punya rumah yang besar. Kamarku juga luas. Aku bisa melakukan banyak hal di kamar. Sebagian buku kuletakkan di kamar agar bisa membaca setiap saat.

Pindah ke Kota

Pekerjaan akhirnya membuatku kembali ke kota. Padahal aku sudah merasa nyaman tinggal di desa. Mendengar suara burung, menghirup udara pagi yang bersih, embusan angin dari sawah, dan banyak hal lainnya.

Di kota kehidupan baru kumulai. Wacana mempunyai rumah di kota pun bergulir. Tidak mungkin aku mengontrak terus. Apalagi biaya sewa rumah dengan biaya cicilan rumah tidak jauh beda. Usaha mencari rumah murah pun kulakukan. Tentu dengan suami.

Aku mencari rumah yang dekat kantor untuk sementara waktu. Tujuannya meghemat waktu ke kantor dan hemat biaya transportasi. Sedangkan untuk rumah, ada banyak wacana yang bergulir. Salah satunya kredit rumah dengan biaya murah.

Aplikasi Sikasep

Ketika menjelajah di internet, menemukan Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan (SIKASEP). Aplikasi sangat mudah digunakan. Cukup unduh dari playstore. Setelah terinstal, tinggal mendaftar. Panduan lengkapnya bisa dibaca di file:///D:/Aneka%20bahan%20tulisan/pupr%20lomba/Panduan-Penggunaan-SiKasep-update-Juli.pdf

Sikasep bisa untuk memilih rumah idaman anda. Setelah data aplikasi terisi, tinggal memilih lokasi rumah impian yang bisa mendeteksi lokasi rumah hingga tingkat kecamatan. Aplikasi ini menawarkan perumahan subsidi terdekat pada wilayah rumah idaman yang telah dipilih sebelumnya.

Saatnya Memilih Rumah Idaman

Sikasep juga akan membantu memilihkan lokasi lainnya, bila di lokasi yang dipilih sebelumya tidak ada rumah yang disubsidi. Selain itu, aplikasi ini dilengkapi dengan pilihan bank, status pengajuan KPR, dan menu lain-lain. Di menu ini ada pilihan galeri rumah sejahtera Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Peruamahan (FLPP), syarat dan ketentuan aplikasi, dan kalkulator KPR FLPP. Lengkap banget bukan.

Kalkulator KPR FLPP

Di aplikasi ini bisa menghitung secara manual harga rumah, cicilan, uang muka, dan sebagainya. Sangat mudah bukan? Saat ini ada lebih dari 40 bank yang melayani KPR FLPP, terdiri dari bank konvensional, bank swasta, dan bank pembangunan daerah yang tersebar dari Aceh hingga Papua.

Pemerintah melalui Kementrian PUPR telah membuat program kepemilikan rumah dengan program Sikasep yang baru diresmikan 19 Desember 2020. Penyaluran KPR FLPP ini pun sejauh ini berjalan lancar. Bahkan di masa pandemi pun tetap dilayani dengan melalui daring.

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

KPR FLPP memang menyasar kepada masyarakat berpengasilan rendah (MBR) agar mereka dapat memiliki rumah dengan harga murah. Bahkan ada yang cicilan bulannya hanya 750 ribu rupiah. Jumlah ini sama dengan ongos sewa rumah sebulan. Program ini sudah bergulir lama.

KPR FLPP ini bunganya hanya 5%, bebas premi asuransi dan PPN. Jangka waktunya pun panjang, yakni 20 tahun. Harapannya akan semakin banyak masyarakat yang memiliki rumah terutama MBR. Sebagaimana amanat UUD 1945 pasal 28H ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Rumah Impianku

Saat ini aku dan suami memang sudah menentukan lokasi untuk tempat tinggal yang baru. Persis seperti keinginanku, rumah mungil di desa dengan air yang mengalir jernih dan pekarangan luas. Rencanaku memang ingin membuat usaha perkebunan di sekitar rumah dan sekolah bebas biaya.

Oleh karena itu, saat ini, kami masih menabung perlahan agar impian itu menjadi kenyataan. Proses masih panjang. semoga kami dimudahkan. Amin. 


Surabaya, 12 Agustus 2020.

Sumber foto

Romadecade.com


0 komentar:

Posting Komentar