Suara lagu dari speaker tetangga
sebelah rumah terdengar jelas. Lagu dangdut yang dinyanyikan oleh artis ibukota
menyambut pagiku. Sejak semalam aku sudah melihat tenda yang berdiri tegak di
jalan dekat rumah. Warna tenda putih dilengkapi dengan meja dan kursi.
Para tetangga nampak hilir mudik di
sekitar rumah tetangga. Suami sudah memberitahu semalam.
“Mbak Sumi tetangga sebelah
menikahkan anaknya.”
Aku mengangguk. Bagiku pendatang
sepertiku, belum tahu adat di Desa Undaan. Aku hanya mengikuti petunjuk suami.
Badanku pun masih penat dari kemarin. Rasanya tulangku masih lemas, belum siap
kalau diajak bekerja keras.
Andai bukan tetangga, rasanya aku
malas datang. Apalagi aku baru menapakkan kaki di daerah ini. Masih banyak hal
yang belum kuketahui.
“Adik harus bawa apa?” tanyaku pada
suami.
“Bawa diri saja.” Suamiku menjawab
asal.
“Adik tidak enaklah kalau cuma
tangan kosong,” kataku.
“Nanti ikut emak saja.”
Suami masih belum menjelaskan. Emak
memang sudah dari kemarin membantu di tetangga sebelah. Istilah di sini rewang.
Sama dengan istilah di tempatku Desa Kwatangan, Bantul.
Emak membawa beras, mi, dan gula
pasir. Tradisi Undaan begitu. Makanan tersebut diletakkan di panic ukuran
sedang. Istilah di sini tembor.
Ketika sampai ke tempat Mbak Sumi,
tembor diserahkan. Nanti pas pulang, tembor sudah diisi dengan nasi, seplastik
gulai kerbau, dan snack.
Aku datang dengan adik ipar. Suami
memintaku membawa uang saja. Aku mengiyakan. Kuberikan uang yang kubawa kepada
tuan rumah. Di sini yang istri bawa uang, nanti suami juga bawa uang pas acara
tahlilan. Nominal uangnya lebih sedikit dari istri.
Sampai di rumah yang punya hajat,
langsung diberikan snack dan minuman. Tak lama nasi dan lauk gulai daging
kerbau dihidangkan. Di Kudus kalau hajatan bukan sapi yang disembelih, tetapi
kerbau. Hal ini merupakan tradisi turun temurun. Dari sejak zaman walisanga
tidak ada penyembelihan sapi. Kalau kerbau diperbolehkan. Sunan Kudus sangat
menghormati kaum Hindu. Sehingga, tidak ada sapi yang disembelih hingga hari
ini.
Minuman yang dihidangkan saat
hajatan adalah teh botol. Ini berlaku hampir di seluruh wilayah Kudus.
Masyarakat Kudus tidak mau repot dengan mencuci gelas. Belum lagi kalau ada
gelas yang pecah. Maka pilihan teh botol adalah alternatif yang paling tepat.
Makanan yang terhidang di meja
adalah kue yang dibuat oleh para tetangga. Ada yang digoreng seperti pisang goreng,
bakwan, kue bugis, dan lemper. Semua disajikan di piring dan diletakkan di atas
meja. Minuman teh botol juga dihidangkan di meja. Jadi, tamu yang ingin minum,
tinggal ambil saja.
Tuan rumah akan menyambut tamu
di depan. Makanan berat berjejer dan ada yang melayani. Para pelayan ini adalah
pemuda dan pemudi yang dibayar untuk seharian. Biasanya di Undaan dari pagi
sampai malam. Termasuk bagian sound system dan diesel.
Aku sendiri tidak bisa
membayangkan kalau hajatan model seperti ini. Berhari-hari dan membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Apalagi yang datang banyak banget. Bakal capek
berhari-hari.
#ODOP #estrilook #day3
0 komentar:
Posting Komentar