Guru
adalah profesi tak terbatas waktu. Bahkan ketika sang guru sudah tiada. Doa pun
mengalir untuknya. Kebaikan sang guru akan terus diingat oleh para murid. Dulu
mungkin mereka pernah bandel atau menyakiti hati sang guru. Namun, seiring
perjalanan waktu, kemarahan dan omelan guru menjadi sesuatu yang sangat rindu.
Berawal
dari rasa kangen kepada guru terciptalah Reminisensi Guru. Event menulis yang
seharusnya selesai pas hari Guru 25 November 2018. Sayangnya ada beberapa
kendala teknis, sehingga buku tersebut baru bisa terbit di bulan Januari 2019.
Proses
Pengumpulan Naskah
Menuliskan
cerita sang guru memang tidak mudah. Ada emosi yang bermain. Sehingga, proses
penyusunan naskah pun menjadi molor dari rencana semula. Apalagi banyaknya
event yang berbarengan.
Kontributor
Para
kontributor buku ini adalah alumni Kelas Sehari Satu Paragraf Maret, April,
Juli, dan Oktober. Selain itu ada beberapa orang yang sengaja ikut menulis karena
ajakan penulis buku ini. Latar belakang para penulis pun beragam. Ada guru,
novelis, pebisnis, editor, karyawan swasta, dan sebagainya.
Ada 14 kontributor yang ikut menyumbangkan cerita tentang gurunya. Ada guru SD, SMP, SMA, dan guru mengaji. Ada juga yang menyoroti tentang pendidikan untuk murid berkebutuhan khusus (refleksi guru yang mengajar di Sekolah Berkebutuhan Khusus). Beragamnya cerita membuat buku ini menarik untuk dibaca.
Pemilihan
Cover Buku
Pemilihan
cover buku memakan waktu sekitar seminggu. Menyamakan persepsi banyak kepala
memang membutuhkan proses. Termasuk pemilihan warna.
Pada
akhirnya semua proses selesai. Tinggal menunggu buku selesai dicetak dan
dikirim ke kontributor. Sebagai founder Kelas Sehari Satu Paragraf rasanya
senang dan bahagia. Empat buku sudah terbit. Sebentar lagi kelas ini berusia
setahun. Semoga kelas kecil ini bisa memberikan warna dan memperkaya khazanah
literasi di Indonesia.
#ODOP #estrilook #day19
#NubarSumatera
#ChallengeMenulis,
#day6
0 komentar:
Posting Komentar