Salah satu resolusi yang belum kesampaian itu mengisi blog. Entah kenapa bawaanya malas. Padahal kalau diluangkan pasti bisa. Terakhir kuisi masih tahun lalu. Maunya konsisten seminggu sekali. Lha kok malasnya itu lho. Enggak ketulungan. Apalagi awal-awal adaptasi di Kota Surabaya. Sumuk tenan (panas banget). Padahal Kota Kudus enggak jauh beda. Sama panasnya dengan kota pahlawan.
Ketika ada Tantangan
Alumni Blog IIDN Edisi Januari 2020, aku mencoba ikut. Tujuannya biar blog
terisi. Lumayan satu postingan di awal tahun. Temanya pun enggak susah kok. Tentang
Gue Banget.
Bicara diri sendiri itu
gampang-gampang susah. Bagi yang belum kenal, pasti mengira aku itu pendiam.
Padahal aslinya aku itu cerewet banget. Biasa kalau di awal kenal, suka jaim
gitu. Lha masak langsung ngomong banyak. Bisa ilfill nanti.
Penulis Bukanlah Cita-citaku
Dari awal menggunakan
media sosial, penjenamaanku sebagai penulis. Hobiku memang menulis. Asal tahu
saja aku sudah mulai ini sejak aku SD. Kebayang enggak sih aku masih usia 8
tahun sudah menulis Derita Anak Hartawan. Tulisan itu masih ada lho. Cuma lupa
ditaruh di kotak yang mana. Maklum pindahan dari Kota Tangerang ke Kudus, semua
barang pindah.
Kalau bicara cita-cita
menulis tidak termasuk dalam jangkauan imajinasiku. Aku kecil terbiasa membaca
majalah Ananda, Bobo, Nova, dan bacaan yang lain. Koran pembungkus bumbu pun
juga kubaca. Kasihan banget ya aku.
Waktu di pesantren, aku
nulis di buku agenda. Sok gaya banget. Padahal untuk membeli buku agenda aku
harus puasa berhari-hari. Zaman itu kehidupanku minus banget.
Ada masa aku tidak
menulis. Ketika kuliah dan awal kerja. Orientasiku kan duit. Enggak munafiklah.
Orang kerja kan tujuannya itu. Cari duit. Makanya nulis masuk ke hal yang
kesekian atau bahkan tidak terlintas oleh angan.
Aku nulis lagi waktu
dinas di Aceh. Jauh dari orang tua, paska patah hati pula. Uups, buka kartu
deh. Tulisanku pun mengalir. Kayak air saja. Jadilah banyak buku kutulis. Ya
masih antologi. Buku solo masih menjadi mimpi.
Di kota berjuluk
Serambi Makkah itu aku beberapa kali menang lomba menulis lho. Juara II Menulis
Cerpen Guru, Juara II Lomba Menulis Cerpen Tsunami, Juara I Lomba Menulis Surat
Cinta Last Momen, dan ditutup Juara Lomba Menulis Guru Mizan 2012.
Tahun 2013 aku sempat
terlena. Sampai beberapa tahun aku belum ada keinginan menulis. Entah kenapa
tahun-tahun itu jariku kaku. Tulisanku hanya ada di satu atau dua buku. Paling
banter ada di script MC dan kegiatan sekolah.
Merangkak Dari Nol
Perjuangan kumulai lagi
di tahun 2017. Merangkak dari nol. Itu istilah yang kugunakan. Perjuangan
panjang yang melelahkan. Antara dunia kerja, training menulis, dan mengerjakan
tugas menulis. Jangan dikira mudah ya. Susah pakai banget.
Malam aku kurang tidur.
Di setiap kesempatan kugunakan waktu untuk membaca, menulis, dan membuat draft.
Aku ikut training berbayar. Beberapa kelas kuikuti. Beberapa buku antologi tercipta.
Hingga kini aku sudah
menulis 2 buku solo, dan 136 antologi. Masih ada beberapa buku antologi yang
akan terbit. Buku soloku yang ketiga dan keempat masih dalam proses.
PUEBI
Entah kenapa aku itu
paling suka bahasa Indonesia. Dari zaman SD sampai mahasiswa, nilai Bahasa
Indonesiaku selalu di atas rata-rata. Apalagi kalau soal cerita sastra lama.
Buku Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Sengsara Membawa Nikmat, dan buku sastra lama
lainnya, sebagian hafal di luar kepala. Mungkin karena aku suka membaca cerita.
Aku jatuh cinta sama
PUEBI karena ingin memperbaiki bahasa Indonesia secara tulisan. Kalau lisan itu
sudah biasa. Maksudku biasa ngomong gitu. Kalau tulisan kan beda. Harus
berstruktur dan efektif. Jangan tanya aku sudah sampai mana belajarnya. Hingga
kini aku masih belajar. Bahasa Indonesia itu sesuatu banget. Yang pasti
membuatku semakin cinta bahasa Indonesia.
Berapa jam belajar
Bahasa Indonesia? Minimal sejam sehari. Inginnya seharian. Namun, ada pekerjaan
yang harus kutunaikan. Jadi, kuluangkan waktu sehari sejam saja. Biar enggak
bosan.
Ketika jadi pengurus
IIDN, kupilih PUEBI. Modalku nekat saja. Hari pun kupilih Sabtu. Waktu yang
paling longgar di antara rutinitas pekerjaan kantor. Terkadang aku menyiapkan
dari malam. Terkadang mengalir saja. Apa yang terlintas di angan, itu yang
disampaikan. Pernah juga kelupaan. Maklum manusia biasa. Sok bijak ya.
Dari PUEBI aku semakin banyak
belajar. Aku pun berusaha praktik sesuai dengan PUEBI. Jangan tanya susahnya.
Namun, ketika semua dinikmati dengan cinta, ya enak saja. Enggak terasa lho hampir
setahun di PUEBI. Ke depan semoga bisa terus mengawal PUEBI dan membukukan materinya.
Simak terus ya di #SabtuPUEBI IIDN (bukan promo).
Aku dan Buku
Buku itu bagiku barang
mahal. Dulu aku sering nongkrong di toko buku sampai malam. Sekadar baca buku
yang kusuka. Buku La Tahzan kubaca di toko buku. Maklum kala itu keuanganku pas-pasan
banget. Kuakali dengan membaca buku di toko buku ataupun perpustakaan.
Ada satu masa aku kayak
orang kerja. Pergi pagi pulang sore. Padahal aku di Perpustakaan Bantul. Tujuanku
baca lowongan pekerjaan yang ada di koran. Kala itu masih serba manual. Usai
baca Koran, baru baca buku. Aku paling senang baca buku cerita. Entah novel,
cerpen, dan sebagainya. Aku pun berharap, satu hari nanti namaku ada di sampul
buku.
Ketika akhirnya aku
punya buku, rasanya bahagia banget. Akhirnya perjuanganku membuahkan hasil. Dari
satu antologi ke antologi hingga berani menulis buku solo.
Tetap bertahan sebagai
penulis buku, membuatku dipercaya menjadi kadiv buku IIDN. Sesuai dengan
passionku selama ini. Sementara blog belum tergarap dengan maksimal (maafkan
daku bu ketua) fokusku di divisi buku.
Akan banyak program
digelar. Kegiatan rutin ada #RabuBuku, #JumatFiksi, dan #SabtuPUEBI. Kalau aku
fokus di #SabtuPUEBI. Namun, jangan khawatir, sesekali aku muncul di #RabuBuku
dan #JumatFiksi.
Selain itu ada training
penulisan fiksi maupun nonfiksi, pembuatan antologi, dan Lomba Menulis. Untuk
saat ini yang masih berjalan Audisi Puisi Kolaborasi IIDN dead line 31 Januari
2020 dan Lomba Menulis Novel dead line 26 Maret 2020. Info lengkap silakan cek
grup FB IIDN dan IG IIDN.
Aku berharap terobosan
yang kulakukan di divisi buku akan menambah ilmu pengetahuan bagi rekan-rekan
sesama perempuan penulis di Indonesia dan luar negeri.
Nderes Literasi
Komunitas ini kudirikan
setahun lalu. Nama ini kuperoleh setelah diskusi dengan suami. Tujuannya biar
punya brand sendiri. Sampai hari ini baru aku dan suami yang mengelola komunitas
ini. Semua kulakukan secara daring.
Komunitas Nderes
Literasi mengajak semua orang untuk menulis buku. Minimal satu buku. Tujuannya
untuk mendokumentasikan perjalanan hidup. Seorang penulis karyanya akan tetap
hidup meskipun sudah tiada.
Sampai saat ini sudah lima buku yang
dihasilkan Nderes Literasi
1. Kidung
Ramadan
2. Kumpulan
Quotes Ramadan
3. Sempena
di Bulan Mulia
4. Merindu
Baitullah
5. Mendekap
Rindu Baitullah
Setelah ini segera menyusul buku-buku antologi
selanjutnya. Ada juga buku yang kumentoring, yaitu Sketsa Rasa Cinta.
Selain buku antologi, Nderes Literasi juga mengadakan
training menulis baik gratis maupun berbayar. Salah satunya kelas Mengawal Mimpi
2020. Awalnya hanya satu batch, saat ini sudah sampai batch 3. Semoga kehadiran
Nderes Literasi mampu menjadi jembatan para penulis untuk terus berkarya dan
memperkaya khazanah literasi di Indonesia.
Surabaya, 31 Januari 2020.
Naskah ini diikutkan dalam Tantangan Alumni Kelas Blog IIDN bulan Januari 2020
#TantanganAlumniKelasBlogIIDN
Naskah ini diikutkan dalam Tantangan Alumni Kelas Blog IIDN bulan Januari 2020
#TantanganAlumniKelasBlogIIDN
0 komentar:
Posting Komentar