Kamis, 30 Januari 2020

Menjejak Karya Di Bumi Indonesia



Salah satu resolusi yang belum kesampaian itu mengisi blog. Entah kenapa bawaanya malas. Padahal kalau diluangkan pasti bisa. Terakhir kuisi masih tahun lalu. Maunya konsisten seminggu sekali. Lha kok malasnya itu lho. Enggak ketulungan. Apalagi awal-awal adaptasi di Kota Surabaya. Sumuk tenan (panas banget). Padahal Kota Kudus enggak jauh beda. Sama panasnya dengan kota pahlawan.

Ketika ada Tantangan Alumni Blog IIDN Edisi Januari 2020, aku mencoba ikut. Tujuannya biar blog terisi. Lumayan satu postingan di awal tahun. Temanya pun enggak susah kok. Tentang Gue Banget.
Bicara diri sendiri itu gampang-gampang susah. Bagi yang belum kenal, pasti mengira aku itu pendiam. Padahal aslinya aku itu cerewet banget. Biasa kalau di awal kenal, suka jaim gitu. Lha masak langsung ngomong banyak. Bisa ilfill nanti.

Penulis Bukanlah Cita-citaku


Dari awal menggunakan media sosial, penjenamaanku sebagai penulis. Hobiku memang menulis. Asal tahu saja aku sudah mulai ini sejak aku SD. Kebayang enggak sih aku masih usia 8 tahun sudah menulis Derita Anak Hartawan. Tulisan itu masih ada lho. Cuma lupa ditaruh di kotak yang mana. Maklum pindahan dari Kota Tangerang ke Kudus, semua barang pindah.

Kalau bicara cita-cita menulis tidak termasuk dalam jangkauan imajinasiku. Aku kecil terbiasa membaca majalah Ananda, Bobo, Nova, dan bacaan yang lain. Koran pembungkus bumbu pun juga kubaca. Kasihan banget ya aku.

Waktu di pesantren, aku nulis di buku agenda. Sok gaya banget. Padahal untuk membeli buku agenda aku harus puasa berhari-hari. Zaman itu kehidupanku minus banget.

Ada masa aku tidak menulis. Ketika kuliah dan awal kerja. Orientasiku kan duit. Enggak munafiklah. Orang kerja kan tujuannya itu. Cari duit. Makanya nulis masuk ke hal yang kesekian atau bahkan tidak terlintas oleh angan.

Aku nulis lagi waktu dinas di Aceh. Jauh dari orang tua, paska patah hati pula. Uups, buka kartu deh. Tulisanku pun mengalir. Kayak air saja. Jadilah banyak buku kutulis. Ya masih antologi. Buku solo masih menjadi mimpi.

Di kota berjuluk Serambi Makkah itu aku beberapa kali menang lomba menulis lho. Juara II Menulis Cerpen Guru, Juara II Lomba Menulis Cerpen Tsunami, Juara I Lomba Menulis Surat Cinta Last Momen, dan ditutup Juara Lomba Menulis Guru Mizan 2012.

Tahun 2013 aku sempat terlena. Sampai beberapa tahun aku belum ada keinginan menulis. Entah kenapa tahun-tahun itu jariku kaku. Tulisanku hanya ada di satu atau dua buku. Paling banter ada di script MC dan kegiatan sekolah.

Merangkak Dari Nol


Perjuangan kumulai lagi di tahun 2017. Merangkak dari nol. Itu istilah yang kugunakan. Perjuangan panjang yang melelahkan. Antara dunia kerja, training menulis, dan mengerjakan tugas menulis. Jangan dikira mudah ya. Susah pakai banget.

Malam aku kurang tidur. Di setiap kesempatan kugunakan waktu untuk membaca, menulis, dan membuat draft. Aku ikut training berbayar. Beberapa kelas kuikuti.  Beberapa buku antologi tercipta.

Hingga kini aku sudah menulis 2 buku solo, dan 136 antologi. Masih ada beberapa buku antologi yang akan terbit. Buku soloku yang ketiga dan keempat masih dalam proses.

PUEBI


Entah kenapa aku itu paling suka bahasa Indonesia. Dari zaman SD sampai mahasiswa, nilai Bahasa Indonesiaku selalu di atas rata-rata. Apalagi kalau soal cerita sastra lama. Buku Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Sengsara Membawa Nikmat, dan buku sastra lama lainnya, sebagian hafal di luar kepala. Mungkin karena aku suka membaca cerita.

Aku jatuh cinta sama PUEBI karena ingin memperbaiki bahasa Indonesia secara tulisan. Kalau lisan itu sudah biasa. Maksudku biasa ngomong gitu. Kalau tulisan kan beda. Harus berstruktur dan efektif. Jangan tanya aku sudah sampai mana belajarnya. Hingga kini aku masih belajar. Bahasa Indonesia itu sesuatu banget. Yang pasti membuatku semakin cinta bahasa Indonesia.

Berapa jam belajar Bahasa Indonesia? Minimal sejam sehari. Inginnya seharian. Namun, ada pekerjaan yang harus kutunaikan. Jadi, kuluangkan waktu sehari sejam saja. Biar enggak bosan.

Ketika jadi pengurus IIDN, kupilih PUEBI. Modalku nekat saja. Hari pun kupilih Sabtu. Waktu yang paling longgar di antara rutinitas pekerjaan kantor. Terkadang aku menyiapkan dari malam. Terkadang mengalir saja. Apa yang terlintas di angan, itu yang disampaikan. Pernah juga kelupaan. Maklum manusia biasa. Sok bijak ya.

Dari PUEBI aku semakin banyak belajar. Aku pun berusaha praktik sesuai dengan PUEBI. Jangan tanya susahnya. Namun, ketika semua dinikmati dengan cinta, ya enak saja. Enggak terasa lho hampir setahun di PUEBI. Ke depan semoga bisa terus mengawal PUEBI dan membukukan materinya. Simak terus ya di #SabtuPUEBI IIDN (bukan promo).

Aku dan Buku


Buku itu bagiku barang mahal. Dulu aku sering nongkrong di toko buku sampai malam. Sekadar baca buku yang kusuka. Buku La Tahzan kubaca di toko buku. Maklum kala itu keuanganku pas-pasan banget. Kuakali dengan membaca buku di toko buku ataupun perpustakaan.

Ada satu masa aku kayak orang kerja. Pergi pagi pulang sore. Padahal aku di Perpustakaan Bantul. Tujuanku baca lowongan pekerjaan yang ada di koran. Kala itu masih serba manual. Usai baca Koran, baru baca buku. Aku paling senang baca buku cerita. Entah novel, cerpen, dan sebagainya. Aku pun berharap, satu hari nanti namaku ada di sampul buku.

Ketika akhirnya aku punya buku, rasanya bahagia banget. Akhirnya perjuanganku membuahkan hasil. Dari satu antologi ke antologi hingga berani menulis buku solo.

Tetap bertahan sebagai penulis buku, membuatku dipercaya menjadi kadiv buku IIDN. Sesuai dengan passionku selama ini. Sementara blog belum tergarap dengan maksimal (maafkan daku bu ketua) fokusku di divisi buku.

Akan banyak program digelar. Kegiatan rutin ada #RabuBuku, #JumatFiksi, dan #SabtuPUEBI. Kalau aku fokus di #SabtuPUEBI. Namun, jangan khawatir, sesekali aku muncul di #RabuBuku dan #JumatFiksi.

Selain itu ada training penulisan fiksi maupun nonfiksi, pembuatan antologi, dan Lomba Menulis. Untuk saat ini yang masih berjalan Audisi Puisi Kolaborasi IIDN dead line 31 Januari 2020 dan Lomba Menulis Novel dead line 26 Maret 2020. Info lengkap silakan cek grup FB IIDN dan IG IIDN.

Aku berharap terobosan yang kulakukan di divisi buku akan menambah ilmu pengetahuan bagi rekan-rekan sesama perempuan penulis di Indonesia dan luar negeri.

Nderes Literasi


Komunitas ini kudirikan setahun lalu. Nama ini kuperoleh setelah diskusi dengan suami. Tujuannya biar punya brand sendiri. Sampai hari ini baru aku dan suami yang mengelola komunitas ini. Semua kulakukan secara daring.

Komunitas Nderes Literasi mengajak semua orang untuk menulis buku. Minimal satu buku. Tujuannya untuk mendokumentasikan perjalanan hidup. Seorang penulis karyanya akan tetap hidup meskipun sudah tiada.

 Sampai saat ini sudah lima buku yang dihasilkan Nderes Literasi
1.       Kidung Ramadan
2.       Kumpulan Quotes Ramadan
3.       Sempena di Bulan Mulia
4.       Merindu Baitullah
5.       Mendekap Rindu Baitullah

Setelah ini segera menyusul buku-buku antologi selanjutnya. Ada juga buku yang kumentoring, yaitu Sketsa Rasa Cinta.

Selain buku antologi, Nderes Literasi juga mengadakan training menulis baik gratis maupun berbayar. Salah satunya kelas Mengawal Mimpi 2020. Awalnya hanya satu batch, saat ini sudah sampai batch 3. Semoga kehadiran Nderes Literasi mampu menjadi jembatan para penulis untuk terus berkarya dan memperkaya khazanah literasi di Indonesia.
Surabaya, 31 Januari 2020.
Naskah ini diikutkan dalam Tantangan Alumni Kelas Blog IIDN bulan Januari 2020
#TantanganAlumniKelasBlogIIDN




0 komentar:

Posting Komentar