Bicara tentang ibu adalah kembali ke
masa lalu. Apa yang kudapatkan saat ini adalah buah doa dan pendidikan dari
ibu. Ah mengenangnya membuat air bening kembali mengalir. Masih banyak hal yang
belum kulakukan untuk ibu. Namun, beliau sudah menghadap-Nya.
“Ibu doakan kamu kerja tidak jauh dari pulpen. Biar ibu saja yang kerja
kasar. Kamu harus kerja halus.”
Itu doa ibu ketika kami asyik
memilin enceng gondok untuk dijadikan tikar. Sejak ibu tidak berdagang di
pasar, karena keterbatasan modal, kesibukannya adalah membuat kerjainan dari
tumbuhan rawa itu. Sehari minimal 100 meter enceng gondok dipilin ibu. Aku
hanya membantu di sela-sela waktu yang ada.
Ibu sepertinya tahu keterbatasan
yang kumiliki. Untuk angkat barang berat, aku menyerah. Ibulah yang sering
mengambil alih ketika harus memindahkan barang berat. Ibu hanya akan menyuruhku
memindahkan barang-barang yang kecil.
Ibu, rinduku menggebu. Sore
bersamamu adalah hal terindah. Bahkan hanya sekadar tidur di pangkuanmu. Itu
tidak akan pernah kulakukan lagi. Sejak ibu wafat, aku hanya bisa mendoakan di
setiap habis salat lima waktu.
Hidup di desa yang jauh dari hiruk
pikuk kota membuatku dekat dengan ibu. Aku sering mendampingi beliau di
acara-acara tertentu. Baik acara keluarga ataupun kampung. Ibuku adalah orang
yang ringan tangan. Setiap tetangga adatau saudara mempunyai hajatan, pasti
datang membantu, kalau diminta. Ibu juga sering membantu saudara yang sering
kesulitan finansial.
Banyak momen kulewatkan bersama ibu.
Kenangan-kenangan kecil yang tertulis dalam puluhan tulisan. Di buku Selaksa Cinta Bakti Ananda, karya
alumni Sekolah Perempuan yang terbit tahun 2017, kutulis ibu sebagai sosok
pahlawan di hidupku. Pasalnya, berapa kali aku sakit, ibulah sosok yang selalu
ada di sampingku.
Ada yang berbentuk puisi seperti Mother
How Are You Today dan Cinta
Pertama. Ada yang berbentuk cerpen di buku Aku Memanggilnya Ibu, Ayah
Bunda, dan Me and My Mother. Dan ada satu surat yang kutulis buat ibu di
buku Dear Ayah Bunda.
Kerinduan kepada ibu memang
kutuliskan ke dalam buku. Juga pendidikan yang selama ini kudapatkan dari
beliau. Tentang parenting, hidup, bergaul, dan bersilaturahmi dengan sesama.
Satu buku yang sedang proses di penerbit tentang disiplin.
Buku yang best seller adalah Dalam Dekapan Mukjizat Alquran. Buku ini
berkisah tentang perjuanganku menghafal dan menjaga Alquran bersama 12
perempuan lain. Kutulis peran ibu membersamaiku menghafal dan menjaga kitab
suci itu. Tanpa bimbingan, dukungan, dan pendampingan dari ibu, mungkin hafalan
Alquranku tidak terjaga sampai sekarang. Ibu begitu setia menemani hari-hariku
menjaga hafalan Alquran selepas dari pesantren.
Sekarang ibu memang sudah tidak ada.
Namun, semua kenangan tentang ibu sudah tertulis di buku. Akan kuceritakan
semua tentang ibu kepada anak-anakku nanti. Mereka bisa mengenal neneknya dari
buku-buku yang kutulis.
Terima kasih kepada cikgu Ida
Fauziah, the Indari Mastuti, cikgu Anna Farida, dan cikgu Artha Julie Nava yang
telah membimbingku di Sekolah Perempuan.
Note
Tulisan ini pernah diikutkan di Event Menulis Alumni Sekolah Perempuan bulan Desember 2018.
#ODOP #estrilook #day20
#ODOP #estrilook #day20
Masya Allah mba Fuu... Mrebes mili aku bacanya. Insya Allah ibu banggga sama mba Fu...
BalasHapusterima kasih
HapusMbak Fu, sosok ibu memang luar biasa jasanya tak akan pernah tergantikan.
BalasHapusAku ikut juga menulis di antologi Selaksa Bakti Cinta Ananda. Berkat Ibu, aku jadi seperti sekarang...
BalasHapusmbak hani kan alumni sekolah perempuan angkatan pertama ya. sama mbak berkat ibu jadi seperti ini
HapusTerharu baca kisah-kisah dalam buku itu. Alhamdulillah saya juga salah satu kontributornya.
BalasHapusbetul mbak. kisahnya luar biasa. bikin terharu
HapusMasyaAllah ibu memang sosok yang selalu dihati yah. Meskipun kadang berbeda pendapat. Tetap saja ucapan-ucapan itu selalu benar adanya. Aku jadi termotivasi untuk meningkatkan hafalan quranku juga mbak
BalasHapusalhamdulillah. senang bisa memotivasi orang lain. semangat ya mbak
HapusMasyaallah, mba fu semoga ibunya ditempatkan di tempat yang terbaik ya. Aku jadi kangen ibuk, dulu sering berantem semenjak nikah udah enggak satu rumah, jarang ketemu, hiks. Minggu ini pulang kerumah ah, makasih sharingnya mba fu, bikin aku terharu, mau nulis buku tentang ibu juga ~
BalasHapusamin. terima kasih doanya. aku kalau kangen ya jadi tulisan
HapusMasya Allah terharu bacanya Mbak Fu
BalasHapusInsya Allah Ibunya bangga lihat Mbak Fu dari sana. Semoga harapannya untuk melanjutkan keteladanan Beliau tercapai ya. Semoga Mbak Fu makin sukses ..
amin. terima kasih mbak. bikin terharu
HapusIbu selalu menjadi pahlawan dan inspirasi bagi siapapun yang merasakan kelembutan sekaligus ketegasannya.
BalasHapusbetul. ketegasan dan kelembutan ibu memang dibutuhkan anaknya
HapusMasyaAllah ... Cinta Ibu memang tak kan bisa terbalaskan. Semoga Ibu berbahagia di sana. Mbak, aku baru tahu lho tikar itu asalnya dari eceng gondok, tho?
BalasHapusamin. terima kasih. tikar enceng gondok dulu produksinya dekat rumahku yang di Bantul
HapusMbak...saya jadi mau nangis nih..dibayar pakai apapun enggak akan bisa gantiin yang dilakukan apa yang beliau lakukan untuk kita.
BalasHapusBeruntung bagi yang orangtuanya masih hidup...semoga menjadi pembuka pintu surga untuk kita
amin. aku juga belum bisa membalas semua kebaikan ibu. amanahnyamasih kujaga hingga kini
HapusDibayar pake apapun enggak akan bisa mengganti jasa beliau.
BalasHapusBeruntung bagi yang orangtuanya masih hidup. Semoga menjadi kunci yang bisa membukakan surga bagi kita Aamiin
Masya Allah inspiratif sekali sosok ibunya ya, mba...
BalasHapusiya mbak. sangat inspiratif
HapusMenuliskan kisah ibu dalam sebuah buku, cara mengenang sosok ibu yang indah ya bun.
BalasHapusbetul mbak. rasanya bahagia bisa menuliskan tentang ibu.
HapusSetiap membaca kisah tentang ibu, air mata selalu menetes. Barakallah ya mbak karyanya, semoga selalu menginspirai. Amiin
BalasHapus