Pages - Menu

Senin, 21 Januari 2019

Ibu dalam Kenangan dan Buku


Bicara tentang ibu adalah kembali ke masa lalu. Apa yang kudapatkan saat ini adalah buah doa dan pendidikan dari ibu. Ah mengenangnya membuat air bening kembali mengalir. Masih banyak hal yang belum kulakukan untuk ibu. Namun, beliau sudah menghadap-Nya.
“Ibu doakan kamu kerja tidak jauh dari pulpen. Biar ibu saja yang kerja kasar. Kamu harus kerja halus.”
Itu doa ibu ketika kami asyik memilin enceng gondok untuk dijadikan tikar. Sejak ibu tidak berdagang di pasar, karena keterbatasan modal, kesibukannya adalah membuat kerjainan dari tumbuhan rawa itu. Sehari minimal 100 meter enceng gondok dipilin ibu. Aku hanya membantu di sela-sela waktu yang ada.
Ibu sepertinya tahu keterbatasan yang kumiliki. Untuk angkat barang berat, aku menyerah. Ibulah yang sering mengambil alih ketika harus memindahkan barang berat. Ibu hanya akan menyuruhku memindahkan barang-barang yang kecil.
Ibu, rinduku menggebu. Sore bersamamu adalah hal terindah. Bahkan hanya sekadar tidur di pangkuanmu. Itu tidak akan pernah kulakukan lagi. Sejak ibu wafat, aku hanya bisa mendoakan di setiap habis salat lima waktu.
Hidup di desa yang jauh dari hiruk pikuk kota membuatku dekat dengan ibu. Aku sering mendampingi beliau di acara-acara tertentu. Baik acara keluarga ataupun kampung. Ibuku adalah orang yang ringan tangan. Setiap tetangga adatau saudara mempunyai hajatan, pasti datang membantu, kalau diminta. Ibu juga sering membantu saudara yang sering kesulitan finansial.
Banyak momen kulewatkan bersama ibu. Kenangan-kenangan kecil yang tertulis dalam puluhan tulisan. Di buku Selaksa Cinta Bakti Ananda, karya alumni Sekolah Perempuan yang terbit tahun 2017, kutulis ibu sebagai sosok pahlawan di hidupku. Pasalnya, berapa kali aku sakit, ibulah sosok yang selalu ada di sampingku.
Ada yang berbentuk puisi seperti Mother How Are You Today dan Cinta Pertama. Ada yang berbentuk cerpen di buku Aku Memanggilnya Ibu, Ayah Bunda, dan Me and My Mother. Dan ada satu surat yang kutulis buat ibu di buku Dear Ayah Bunda.
Kerinduan kepada ibu memang kutuliskan ke dalam buku. Juga pendidikan yang selama ini kudapatkan dari beliau. Tentang parenting, hidup, bergaul, dan bersilaturahmi dengan sesama. Satu buku yang sedang proses di penerbit tentang disiplin.
Buku yang best seller adalah Dalam Dekapan Mukjizat Alquran. Buku ini berkisah tentang perjuanganku menghafal dan menjaga Alquran bersama 12 perempuan lain. Kutulis peran ibu membersamaiku menghafal dan menjaga kitab suci itu. Tanpa bimbingan, dukungan, dan pendampingan dari ibu, mungkin hafalan Alquranku tidak terjaga sampai sekarang. Ibu begitu setia menemani hari-hariku menjaga hafalan Alquran selepas dari pesantren.
Sekarang ibu memang sudah tidak ada. Namun, semua kenangan tentang ibu sudah tertulis di buku. Akan kuceritakan semua tentang ibu kepada anak-anakku nanti. Mereka bisa mengenal neneknya dari buku-buku yang kutulis.

Terima kasih kepada cikgu Ida Fauziah, the Indari Mastuti, cikgu Anna Farida, dan cikgu Artha Julie Nava yang telah membimbingku di Sekolah Perempuan.
Note
Tulisan ini pernah diikutkan di Event Menulis Alumni Sekolah Perempuan bulan Desember 2018. 
#ODOP #estrilook  #day20

25 komentar:

  1. Masya Allah mba Fuu... Mrebes mili aku bacanya. Insya Allah ibu banggga sama mba Fu...

    BalasHapus
  2. Mbak Fu, sosok ibu memang luar biasa jasanya tak akan pernah tergantikan.

    BalasHapus
  3. Aku ikut juga menulis di antologi Selaksa Bakti Cinta Ananda. Berkat Ibu, aku jadi seperti sekarang...

    BalasHapus
    Balasan
    1. mbak hani kan alumni sekolah perempuan angkatan pertama ya. sama mbak berkat ibu jadi seperti ini

      Hapus
  4. Terharu baca kisah-kisah dalam buku itu. Alhamdulillah saya juga salah satu kontributornya.

    BalasHapus
  5. MasyaAllah ibu memang sosok yang selalu dihati yah. Meskipun kadang berbeda pendapat. Tetap saja ucapan-ucapan itu selalu benar adanya. Aku jadi termotivasi untuk meningkatkan hafalan quranku juga mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah. senang bisa memotivasi orang lain. semangat ya mbak

      Hapus
  6. Masyaallah, mba fu semoga ibunya ditempatkan di tempat yang terbaik ya. Aku jadi kangen ibuk, dulu sering berantem semenjak nikah udah enggak satu rumah, jarang ketemu, hiks. Minggu ini pulang kerumah ah, makasih sharingnya mba fu, bikin aku terharu, mau nulis buku tentang ibu juga ~

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin. terima kasih doanya. aku kalau kangen ya jadi tulisan

      Hapus
  7. Masya Allah terharu bacanya Mbak Fu
    Insya Allah Ibunya bangga lihat Mbak Fu dari sana. Semoga harapannya untuk melanjutkan keteladanan Beliau tercapai ya. Semoga Mbak Fu makin sukses ..

    BalasHapus
  8. Ibu selalu menjadi pahlawan dan inspirasi bagi siapapun yang merasakan kelembutan sekaligus ketegasannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul. ketegasan dan kelembutan ibu memang dibutuhkan anaknya

      Hapus
  9. MasyaAllah ... Cinta Ibu memang tak kan bisa terbalaskan. Semoga Ibu berbahagia di sana. Mbak, aku baru tahu lho tikar itu asalnya dari eceng gondok, tho?

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin. terima kasih. tikar enceng gondok dulu produksinya dekat rumahku yang di Bantul

      Hapus
  10. Mbak...saya jadi mau nangis nih..dibayar pakai apapun enggak akan bisa gantiin yang dilakukan apa yang beliau lakukan untuk kita.
    Beruntung bagi yang orangtuanya masih hidup...semoga menjadi pembuka pintu surga untuk kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin. aku juga belum bisa membalas semua kebaikan ibu. amanahnyamasih kujaga hingga kini

      Hapus
  11. Dibayar pake apapun enggak akan bisa mengganti jasa beliau.

    Beruntung bagi yang orangtuanya masih hidup. Semoga menjadi kunci yang bisa membukakan surga bagi kita Aamiin

    BalasHapus
  12. Masya Allah inspiratif sekali sosok ibunya ya, mba...

    BalasHapus
  13. Menuliskan kisah ibu dalam sebuah buku, cara mengenang sosok ibu yang indah ya bun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mbak. rasanya bahagia bisa menuliskan tentang ibu.

      Hapus
  14. Setiap membaca kisah tentang ibu, air mata selalu menetes. Barakallah ya mbak karyanya, semoga selalu menginspirai. Amiin

    BalasHapus